Langsung ke konten utama

Restart Mode ON

Tidak sabar untuk menuliskannya dan merangkaikannya menjadi untaian kata-kata. Yang mungkin suatu saat akan aku buka lagi, kukenang dan mungkin akan membuatku tertawa. Tulisan tentang keadaanku sekarang yang tidak bisa melakukan apapun, tidak bisa bersikap dan mengambil keputusan. Dan yang dapat kulakukan Hanyalah Diam. Diam tidak bergerak. Hanya mengamati, menghayati dan mengambil arti. Untuk kemudian mulai untuk menikmati.
Menikmati dalam diam dan sunyi.
Dalam kesendirian dan kesunyian aku menemukan arti. Apa arti dalam diri, yang mungkin selama ini aku cari.
Kalau ditanya apakah ini bentuk dari pelarian atau kekecewaan, jawabanku adalah aku tidak tahu. Semakin aku mengerti sesuatu, semakin aku menjadi tidak tahu dan buta akan semuanya.

Hari ini aku tahu tentang satu hal, sempat membuatku terhantam, seperti biasa aku mencoba untuk mentoleransi dan berusaha tegar.
Aku akan menahannya sampai kutemukan tempat yang nyaman untuk bisa melampiaskannya. Menangis adalah bentuk pengekpresian emosi yang sejak lama aku sukai. Setelah puas dengan puluhan kali isakan, aku akan diam, menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tenang. Berusaha untuk menguasai diri dan membebaskannya. Telah lama aku ingin melepaskannya, aku sudah jenuh dengan semua, aku ingin berjalan lagi, menikmati sejuknya pohon yang lain, tapi entah mengapa aku tidak bisa melepaskan pandanganku dan berlalu. Selalu aku yakinkan diri bahwa semua sudah berlalu. Suka atau tidak suka. Dan tidak mungkin. Itu yang selalu aku garis bawahi. Dan diriku akan selalu mengatakan "terimalah diri dan semua yang terjadi. Jangan menentang karna akan membuat tambah sakit. Akui saja semua pada diri. Ya, ternyata aku masih @#$%^&^**nya dan masih $%^%***@*%nya. Tidak ada yang salah. Everything will be fine."

Tenang dan sunyi. Dan aku mulai mencari diriku yang lain yang suka sekali memberikan kata-kata. Sehingga aku bisa menerima diri dan keadaan yang terjadi. Seperti biasa aku akan tanyakan apa jawabnya, atau apa pastinya karena aku menginginkan adanya kepastian. Dan jawaban yang diberi adalah tetaplah bertahan.
Yang kubutuhkan sekarang bukanlah kepastian karena semua dalam hidup ini adalah serangkaian ketidakpastian. Yang aku butuhkan adalah sikap untuk mentoleransinya dan mulai belajar berdiri untuk kemudian berjalan secara perlahan-lahan sambil mendengarkan the other of me from inside. Finally, feel better.

Itulah troubleshooting hari ini yang coba aku jalani, hanya model ini yang bisa aku lakukan. Hibernate tidak bisa mengatasinya hanya Restart saja yang mampu dan mudah-mudahan tidak sampai Shutdown. :P

Jakarta, January 3 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puncak itu Semu

Disini, di episode terbaruku, kucoba untuk melihat rangkaian frame dalam episode hidupku sebelumnya. Di suatu tempat dan waktu antara 5 - 6 tahun yang lalu, masih teringat jelas, dimana dalam pikiranku saat itu, aku merasa itulah masa yang terberat dalam hidupku. Aku berkeinginan untuk sesegera mungkin dapat melampauinya, kalau perlu melangkahi masa itu. Keinginanku terlalu besar, bisa dibilang terobsesi. Pernah ada kata 'menyerah' tapi ternyata aku bisa bangkit lagi. Tetapi baru sekarang aku sadar, mungkin itulah proses yang harus aku lalui. Andai aku tidak pernah mengalami tempaan di masa itu aku tidak akan pernah sampai disini. Masih dengan segala kesadaran dan kebodohan yang aku miliki. Satu tempat satu waktu tapi ternyata tiap-tiap orang mempunyai pandangan yang berbeda. Saat ini aku berada di suatu tempat dan waktu yang dulu aku impikan, kalau hidup diibaratkan perjalanan mendaki gunung, mungkin orang akan melihat aku berada di puncaknya. Tapi ternyata, diriku yang dipand...

Pencarian ataukah Penemuan ?

Telah memasuki satu bulan rutinitas harianku dijungkirbalikkan oleh jadwal kerja yang baru. Pagi hari saat semua sibuk menuju tempat mengais rejekinya, aku pulang dengan membayangkan indahnya berada di antara pelukan bantal dan guling. Malam hari, jam delapan malam, belumlah malam, masih sore untuk ukuran kota Jakarta, saat semua sedang melepas penat dan letihnya, aku malah berjalan di antara temaram lampu jalan menuju tempat yang katanya tempat mendulang rejeki. Tengah malam, saat kesunyian mencapai puncaknya, saat semesta hening sesaat, aku masih disibukkan di depan komputer dan kertas-kertas. Jungkir balik, pagi dan siang jadi malam, malam jadi siang. Sesaat menyenangkan karena keluar dari rutinitas selama bertahun-tahun. Tetapi di antara sesaat  dan hal yang menyenangkan itu ada hal-hal yang tidak menyenangkan. Berangkat di malam hari  adalah bagian yang tidak menyenangkan, walaupun libur 2 harinya sangat sangatlah menyenangkan. Dan aku berbahagia untuk itu. J...

Menangislah...

"saat aku tertawa di atas semua saat aku menangisi kesedihanku ................................ saat aku mencoba merubah segalanya saat aku meratapi kekalahanku" by d'Massive Dengan menangis dapat memberikan keseimbangan pada jiwa.... lha kok bisa....? Jangan berpikir kalo menangis hanya karna sedih, atau meratapi sesuatu.......... Dengan menangis dapat memberikan kekuatan, dapat memberikan penerang, apa yang harus dilakukan selanjutnya, dalam kondisi emosi yang kacau.....ibaratnya seperti lentera dalam gelapnya malam..oleh karna itu menangislah.......... Katanya lho...menangis adalah salah satu cara untuk membersihkan hati...... terus mosok harus sering menangis sich....he..he.. Kalo mo jujur aku bisa sampai di sini, di Jakarta yang tak pernah terbayang sebelumnya...dibalik semuanya itu udah banyak cucuran airmata yang udah tertumpah.........kalo mau ditempatin di wadah satu ember lebih kali... he..he.. Orang tetep akan melihat aku adalah orang yang super woman....he..he...