Langsung ke konten utama

Takut Tua dan Mati



”Tiap malam, ketika aku berangkat tidur, aku mati. Esok paginya, ketika aku terjaga, aku seperti lahir kembali” --Mahatma Gandhi--





Salah satu tujuanku membentuk blog ini, adalah sebagai penampung kata-kata bijak yang telah kutemukan dan kusukai dari berbagai sumber. Semua itu kulakukan untuk menyalurkan hobbyku yang suka banget mengoleksi kata-kata bijak dan mutiara.


Sekarang saatnya, menuliskan sesuatu yang bertemakan tentang proses bertambahnya usia dan ketakutan akan namanya kematian. Semua kata-kata berikut, aku ambil dari buku ”Tuesdays with Morrie”.

Mungkin banyak dari kita yang merasa bahwa masa mudanya hampir lewat, dan selalu ada dorongan agar dapat menikmati masa muda selama mungkin. Dan merasa tidak bangga lagi setiap kali harus menyebutkan usia dan kalau bisa tidak usah mengungkit-ungkit masalah usia, karena takut menjadi sadar bahwa sebentar lagi usia memasuki angka lanjut.

Bagaimana kalau berusaha akrab dengan proses penuaan?

Semakin bertambahnya usia kita, semakin banyak yang kita pelajari. Apabila usia kita tetap dua puluh dua tahun, kita akan sama bodohnya dengan ketika usia kita dua puluh tahun. Penuaan tidak hanya berarti pelapukan, tetapi juga pertumbuhan. Penuaan tidak hanya bermakna negatif, bahwa kita akan mati, tetapi juga bermakna positif, bahwa kita mengerti kenyataan bahwa kita akan mati, dan karena itu kita berusaha untuk hidup dengan cara lebih baik.

Kalau penuaan begitu berharga, mengapa orang selalu berkata” kalau saja aku muda lagi” kenapa tidak ”kalau saja umurku enam puluh tahun”

Banyak orang merasa hidup tidak memuaskan, ada keinginan yang tidak terpenuhi. Hidup terasa tidak bermakna. Karena kalau kita telah menemukan makna hidup, kita tidak ingin kembali, kita ingin lanjut ke depan. Kita ingin tahu lebih banyak lagi, berbuat lebih banyak lagi. Dan tidak sabar menunggu sampai usia kita enam puluh tahun.

Jika kita bersikeras melawan proses penuaan, kita akan selalu merasa tidak bahagia, karena bagaimanapun itu akan terjadi. Dan yang jelas, pada akhirnya kita akan mati.

Ketika usia kita telah lanjut, rasanya mustahil untuk tidak iri kepada orang yang masih muda. Akan tetapi masalahnya adalah menerima diri apa adanya dan menikmati kenyataan. Masa menikmati usia muda sudah lewat dan kini adalah saat untuk menikmati usia lanjut.

Kita harus mencari apapun yang baik, benar dan indah dalam masa hidup yang sedang kita jalani. Memandang ke belakang membuat kita seperti sedang berlomba. Padahal usia bukan sesuatu yang dapat diperlombakan.
Dan setiap orang tahu mereka akan mati tetapi tak seorangpun percaya itu akan terjadi pada mereka sendiri. Kalau saja kita percaya, kita akan mengerjakan segala sesuatu secara berbeda.

Mengetahui bahwa kita akan mati, dan bersiap diri andaikata hal itu terjadi entah kapan. Itu lebih baik. Dengan cara demikian sesungguhnya kita dapat lebih berperan dalam proses yang terjadi sementara kita masih hidup.

Bagaimana cara kita bersiap diri menghadapi kematian?

Bertanyalah ”Sekarangkah hari ajalku?Siapkah aku?Sudahkah aku mengerjakan semua yang perlu kuperbuat?Apakah aku telah menjadi seperti yang kukehendaki?”
Begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar tentang bagaimana kita hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puncak itu Semu

Disini, di episode terbaruku, kucoba untuk melihat rangkaian frame dalam episode hidupku sebelumnya. Di suatu tempat dan waktu antara 5 - 6 tahun yang lalu, masih teringat jelas, dimana dalam pikiranku saat itu, aku merasa itulah masa yang terberat dalam hidupku. Aku berkeinginan untuk sesegera mungkin dapat melampauinya, kalau perlu melangkahi masa itu. Keinginanku terlalu besar, bisa dibilang terobsesi. Pernah ada kata 'menyerah' tapi ternyata aku bisa bangkit lagi. Tetapi baru sekarang aku sadar, mungkin itulah proses yang harus aku lalui. Andai aku tidak pernah mengalami tempaan di masa itu aku tidak akan pernah sampai disini. Masih dengan segala kesadaran dan kebodohan yang aku miliki. Satu tempat satu waktu tapi ternyata tiap-tiap orang mempunyai pandangan yang berbeda. Saat ini aku berada di suatu tempat dan waktu yang dulu aku impikan, kalau hidup diibaratkan perjalanan mendaki gunung, mungkin orang akan melihat aku berada di puncaknya. Tapi ternyata, diriku yang dipand

Do'a

ya Tuhan dengarkanlah permintaan hati yang teraniaya sunyi dan berikanlah arti pada hidupku yang terhempas yang terlepas pelukanMu, bersamaMu dan tanpaMu aku hilang selalu ya Tuhanku inikah yang Kau mau benarkah ini jalanMu hanyalah Engkau yang kutuju pegang erat tanganku bimbing langkah kakiku aku hilang arah tanpa hadirMu Tuhanku dalam gelapnya malam hariku sedih ini tiada arti jika Kaulah sandaran hati diambil dari lirik lagu "Permintaan Hati dan Sandaran hati" oleh Letto

Lelaki Penggenggam Hujan - Review

Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan Penulis : Tasaro GK 16 Juli 2012, sekitar 22.00 Akhirnya buku setebal 543 halaman ini terselesaikan sudah. Rekor kurasa. Biasanya kalau dihadapkan pada buku dengan jumlah halaman ratusan, sangat sulit untuk menuntaskannya.  Setiap halamannya kubaca tidak loncat-loncat ke halaman selanjutnya. Harus diakui bahwa penulisnya memang hebat dalam merangkai setiap katanya menjadi kalimat-kalimat yang bisa bertutur secara runtut dan merangkai menjadi cerita yang mengalir sehingga pembaca ikut terhanyut mengikutinya. Saat melihat judulnya, bahwa buku ini merupakan biografi Sang Nabi Muhammad, aku pikir , buku ini akan berat untuk dibaca, tapi ternyata dugaanku salah, buku ini lebih mudah dimengerti dan lebih masuk ke pemahaman mengenai sosok Nabi Muhammad. Harus aku akui dengan membaca buku ini, aku lebih mengenal sosok Nabi Muhammad. Yang terus terang selama ini, aku mengenal hanya melalui  buku pelajaran islam, dan buku bacaan islami lainnya t