Langsung ke konten utama

Is he the one?


Hari ini aku datang ke acara pernikahan teman, terus terlintas lagi pertanyaan yang sama setiap kali menghadiri acara seperti ini. Kok mereka bisa yakin ya...bahwa orang yang duduk di sebelahnya (pasangannya) itu adalah ”the one”. Harus kuakui bahwa aku salut dengan orang-orang yang berani mengambil keputusan untuk menuju ke jenjang pernikahan. Rasanya hebat aja? Apalagi kalau pasangan yang menikah itu usianya masih dibawahku..he..he..

Mereka itu memutuskan menikah karena memang udah yakin kalau dia itu adalah ”the one”-nya atau karena sudah nggak tahu lagi mau ngapain karena pacaran sudah lama atau karena usia sudah mepet dengan kepala tiga atau karena desakan orang tua dan lingkungan? sederet pertanyaan itulah yang selalu ada di kepalaku.

Terus, bagaimana caranya untuk mengetahui bahwa “yes, he/she is the one for me”. Apakah ada semacam feeling atau firasat apa gitu waktu bertemu dengannya?

Itu yang selalu kutanyakan pada teman-temanku yang sudah menikah. It is the weird question, isn't it?

Karena aku belum menikah, dan belum berada pada proses itu jadi aku nggak tahu menahu perihal perasaan yang bercampur di dalamnya. Atau hal-hal yang berkaitan dan mendukung keyakinan kita bahwa ”yes, he/she is the one”. Ada bocoran nich dari teman, hal-hal atau tanda-tanda yang mendukung keyakinan itu diantaranya adalah merasa nyambung dan nyaman di kala di dekatnya...ck..ck..Untuk hal yang satu ini aku harus mengerutkan dahi mengingat-ingat sapa ya? Masak sich dia? Tau akh gelap.

Kalau berbicara tentang feeling ketika pertama kali bertemu dengan seseorang yang ……sedikit cerita aja akh, di kala itu di bulan agustus cieh..cieh ehm..ehm (tahun dirahasiakan karna takutnya salah feeling), waktu itu aku pakai baju lengan panjang putih yang ada garis abu-abu kalau nggak salah dengan sedikit bunga-bunga kecil dengan bawahan celana panjang warna abu-abu. Sekarang bajunya udah nggak ada alias almarhum tapi celananya masih ada (lumayan buat kenang-kenangan). Waktu itu aku sedang menunggu untuk mendapatkan sesuatu demi masa depan cieh..cuih..karena bosan duduk, aku berdiri sambil baca-baca beberapa poster yang ada di dinding. Pas nengok ke kanan aku liat dia duduk dekat pohon yang aku nggak tahu namanya, kalau nggak salah waktu itu dia pakai kaos putih. Ketika melihatnya dari jarak yang lumayan jauhlah (dimana waktu itu penglihatanku agak normal) aku merasa seperti sudah mengenalnya, sepertinya ada yang bilang sesuatu, tepatnya apa, aku lupa tapi kalau tidak salah kata-katanya jangan-jangan ini orangnya. Tapi aku langsung menyangkalnya ”nggak mungkin ah..dia khan udah punya dan lagian aku juga tidak mengenalnya. Setelah hari ini paling aku juga nggak akan ketemu lagi sama dia”. Tetapi ternyata di kemudian hari aku mengenalnya. He..he..dan....dan..... Karena masih diragukan kebenarannya jadi belum bisa menceritakan cerita selengkapnya.

Bener atau salahnya feeling ini akan terbukti nanti…kalau memang sudah waktunya..he..he..


Komentar

Mika mengatakan…
Seperti yang pernah aku alami.
Suatu ketika aku bertemu dengan orang yang sangat cocok dengan aku.
Mulai dari obrolan dia, sikap dia, sifat-sifat dia...
Apakah ini orangnya? Itulah yang aku bilang kala itu.
Namun ternyata bukan dia.

Kesimpulan ku sampai saat ini, memutuskan memilih seseorang bukan
karena banyaknya kecocokan antara aku dan dia. Tapi seberapa mampu
aku menerima kekurangan dia.

Postingan populer dari blog ini

Puncak itu Semu

Disini, di episode terbaruku, kucoba untuk melihat rangkaian frame dalam episode hidupku sebelumnya. Di suatu tempat dan waktu antara 5 - 6 tahun yang lalu, masih teringat jelas, dimana dalam pikiranku saat itu, aku merasa itulah masa yang terberat dalam hidupku. Aku berkeinginan untuk sesegera mungkin dapat melampauinya, kalau perlu melangkahi masa itu. Keinginanku terlalu besar, bisa dibilang terobsesi. Pernah ada kata 'menyerah' tapi ternyata aku bisa bangkit lagi. Tetapi baru sekarang aku sadar, mungkin itulah proses yang harus aku lalui. Andai aku tidak pernah mengalami tempaan di masa itu aku tidak akan pernah sampai disini. Masih dengan segala kesadaran dan kebodohan yang aku miliki. Satu tempat satu waktu tapi ternyata tiap-tiap orang mempunyai pandangan yang berbeda. Saat ini aku berada di suatu tempat dan waktu yang dulu aku impikan, kalau hidup diibaratkan perjalanan mendaki gunung, mungkin orang akan melihat aku berada di puncaknya. Tapi ternyata, diriku yang dipand...

Monolog

Hari ini kulihat dia, dengan pandangan mata yang pasrah Pasrah, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan Perasaan yang tidak menentu yang tak tahu harus tertumpahkan pada siapa Karena dia tahu takkan ada yang peduli atau bakal tahu jawabnya Hati yang serasa dipukul berton-ton palu Hati yang sesak serasa tidak bisa bernapas Badan seperti tidak bertulang Menyangga tubuhpun tiada kuasa Maju tidak tahu arah, ke belakang tidak mungkin Adakah secercah kesempatan Tidak ada.......apakah harus berhenti? Terlalu naif Dia tersenyum bahkan tertawa Tertawa keras sekali kemudian meratap sendiri Kulihat dia semakin tidak berdaya....adakah jawaban, pengertian, atau uluran tangan Haruskah kukasihan? Apakah yang kulihat ini adalah penyesalan? Atau pilunya hati karna kehilangan? Atau ketakutan akan kehilangan? Kulihat dia tiada semangat Sebegitu cepatnya dirinya berubah Tak kulihat lagi semangat nya yang dulu, senyum nya lagi, impian serta harapannya yang kadang terlalu tinggi Sebegitu jatuhnya kah dir...